-
Metode ini sangat cocok untuk guru tahfiz yang sibuk mengajar, namun ingin menguatkan kembali hafalan agar tidak mudah hilang meski padat aktivitas.





“Saya tahu rasanya jadi guru tahfiz, berdiri di depan para santri…
Tapi diam-diam, ada kegelisahan yang tak bisa dibohongi:
'Bagaimana bisa saya membimbing mereka, sementara hafalan saya sendiri sudah tidak seperti dulu?'”







Saya bukan menyindir, karena saya pun pernah di posisi itu. Sudah khatam 30 juz. Sudah wisuda. Sudah pegang sertifikat. Tapi saat diminta baca, saya gemetar ,,, Hafalan saya... berantakan.







Lalu saya sadar : ini bukan soal niat, tapi soal metode.

MASALAH GURU TAHFIZ


- Buka Qur'an ketika nyimak hafalan santri, sebab hafalan kita sebagai guru sudah hilang (maaf,,, ini justru menggugurkan wibawa kita sebagai guru di mata santri)


- Mengajar tiap hari, tapi muraja’ah pribadi nyaris tak tersentuh


- Muraja’ah tidak teratur karena jadwal santri padat


- Hafalan terasa “palsu” — hanya kuat di bagian yang sering diulang


- Tahu bahwa hafalan mulai menghilang, tapi tak tahu harus mulai dari mana


- Tak punya metode yang memastikan hafalan awet, bukan sekadar diulang-ulang




Jika Anda sedang mengalaminya, ketahuilah: bukan hafalan Anda yang salah, tapi mungkin hanya metodenya yang belum tepat.